TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Achmad Kusna Permana menyatakan pihaknya berencana melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia atau BEI pada akhir tahun depan atau 2023.
Saat ini Bank Muamalat Indonesia atau BMI adalah perusahaan terbuka yang belum tercatat di BEI. Perseroan sebelumnya telah merampungkan aksi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) VI atau rights issue pada awal 2022.
Dalam aksi korporasi itu, BMI menerbitkan saham Seri C sebanyak 40 miliar lembar, dengan nominal Rp 30 dan harga pelaksanaan Rp 30. Adapun Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), selaku pemegang saham mayoritas bank tersebut menginjeksi dana Rp 1 triliun dalam aksi itu.
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.04/2021 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, perusahaan terbuka yang melakukan melakukan penawaran efek bersifat ekuitas wajib mencatatkan sahamnya di Bursa.
Sebelum POJK ini berlaku, OJK juga memberikan masa transisi dua tahun bagi entitas yang melakukan penawaran umum, tetapi belum tercatat di Bursa. Artinya, setelah 2023, seluruh perusahaan terbuka wajib mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Baca Juga:
Lebih jauh, Permana mengatakan, sejalan dengan aturan OJK, perseroan pada akhir 2023 akan melakukan IPO. Rencana ini akan dibarengi dengan konsolidasi antara perseroan dengan BPKH.