TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Transformasi Digital Ukraina Alex Bornyakov menyatakan pihaknya telah membelanjakan sekitar US$ 15 juta atau sekitar Rp 215,9 miliar (asumsi kurs Rp 14.399 per dolar AS) dari sumbangan yang diterima negaranya dalam bentuk kripto untuk membeli perlengkapan militer, termasuk rompi antipeluru.
Bornyakov pada Jumat pekan lalu, 4 Maret 2022, menyebutkan, pemerintah Ukraina mengantisipasi dengan menggandakan US$ 50 juta atau sekitar Rp 720 miliar donasi kripto dalam dua hingga tiga hari ke depan. Hal ini disampaikan dalam wawancara via Zoom dari lokasi yang dirahasiakan di Ukraina. Seperti dikutip dari Bloomberg, sebagian besar donasi tersebut dalam bentuk Bitcoin dan Ethereum.
Adapun Kementerian yang beranggotakan 250 orang ini telah berhasil menemukan pemasok di Eropa dan AS untuk memenuhi berbagai kebutuhan mulai dari rompi, paket makanan, hingga perban dan perangkat penglihatan malam untuk tentara dalam waktu dua hari setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.
Sekitar 40 persen pemasok tersebut, kata Bornyakov, bersedia menggunakan kripto. Sisanya, biasanya dibayar dengan kripto yang dikonversi menjadi euro dan dolar.
Ia menyebutkan telah banyak perusahaan dan pendiri startup kripto telah menyumbangkan uang. “Sebagian besar sumbangan berasal dari orang-orang,” kata Bornyakov.
Selain Bitcoin dan Ethereum, Ukraina juga telah menerima sumbangan dalam bentuk Tether, Polkadot dan Solana, bahkan menerima ratusan NFT, termasuk CryptoPunk.
Kementerian yang dibentuk dua tahun lalu terus mengembangkan industri layanan teknologi informasi Ukraina, menyediakan akses internet berkecepatan tinggi di seluruh negeri dan memindahkan semua layanan pemerintah secara online.