TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas menguat mendekati US$ 2.000 per ounce pada akhir perdagangan Jumat, 4 Maret 2022, waktu New York. Melonjaknya harga komoditas itu seiring kian intensnya agresi Rusia di Ukraina dan memicu risiko geopolitik yang mendorong permintaan safe-haven.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange mencatat harga emas meroket US$ 30,7 atau 1,59 persen ke level US$ 1.966,60 per ounce. Selama sepekan ini, harga emas berjangka naik 4,2 persen atau merupakan kenaikan mingguan terbesar sejak Juli 2020.
Analis Saxo Bank, Ole Hansen, memperkirakan perang Rusia-Ukraina bakal mendorong prospek harga logam mulia lebih tinggi lagi. Dalam sebuah catatannya, ia menyatakan emas tak hanya menawarkan safe-haven jangka pendek, tapi jauh lebih penting adalah ada kekhawatiran atas inflasi, pertumbuhan, dan ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral.
Komoditas emas masih dianggap sebagai aset lindung nilai aman selama ketidakpastian. Bahkan mengabaikan lonjakan nilai tukar dolar AS sebesar 1 persen, tempat berlindung alternatif, dan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) akhir bulan ini.
Di pasar modal, saham-saham di Wall Street jeblok karena kekhawatiran atas konflik di Ukraina juga lebih lanjut makin menguatkan harga emas. Selain itu, laporan pekerjaan AS untuk Februari yang luar biasa tidak menemukan kenaikan upah, juga turut mendongkrak harga emas.