"Biasanya, jika ada pelanggan baru yang berusia 20-30 tahun itu, mereka bercerita, dulu diajak orang tua atau nenek mereka untuk membeli kue di sini. Ada nostalgianya," ujarnya.
Cita rasa dan bangunan kuno Toko Madjoe, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelanggan tetap maupun pelanggan baru. Ciri khas bangunan sejak zaman Belanda itu tetap dipertahankan pemiliknya, meskipun di kanan kiri bangunan sudah berkembang pesat mengikuti zaman.
Sejak dibuka pada 1930, bangunan Toko Madjoe tidak berubah sama sekali. Selain bentuk bangunan, kondisi di dalam toko juga tidak berubah. Lantai toko juga tetap menggunakan ubin berwarna kuning, yang memudar seiring waktu namun tetap menyajikan daya tarik tersendiri.
Kue-kue yang dijual di toko tersebut, tidak dijual per kemasan. Kue-kue buatan rumah itu, dijual per kilogram dengan harga bervariasi mulai dari Rp140.000 hingga Rp250.000 per kilogram. Penjualan kue-kue itu, juga menggunakan timbangan klasik yang hingga kini dipertahankan.
Selain mempertahan desain dan bangunan yang tidak berubah selama puluhan tahun itu, resep turun-temurun selama puluhan tahun juga tidak diubah. Resep berusia hampir satu abad itu, mampu bertahan dan bersaing dengan kue-kue dengan cita rasa modern yang kini menjamur.
"Rasa yang tidak bisa dicari, itu resep turun temurun. Rasa yang kami tawarkan itu, sulit untuk dibuat oleh pelaku usaha lainnya. Kue sekarang lebih modern rasanya, tapi kami memilih untuk mempertahankan rasa yang lebih kuno," ujarnya.