Perry mengatakan dalam jangka pendek inflasi di negeri Abang Sam memang akan berada di atas sasaran 2 persen. Namun, kebijakan moneter tidak hanya didasari inflasi jangka pendek, melainkan juga jangka panjang.
"Inflasi jangka panjang akan melebihi 2 persen secara fundamental atau permanen pada tahum 2023 dan seterusnya," tutur dia.
Sementara itu, The Fed juga melihat angka pengangguran di sana. Tingkat pengangguran di AS saat ini adalah sebesar 4,3 persen, namun pemenuhan ketenagakerjaan di sektor layanan, termasuk rumah sakit, pendudukan, maupun hiburan tengah terkendala.
"Berbagai indikator terkini menunjukkan ada kenaikan inflasi yang tinggi. pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan tentu penurunan tingkat pengangguran yang lebih cepat dari yang diperkirakan. Itu lah kenapa bacaan kami bank sentral AS mulai mempercepat penurunan pembelian US treasury atau mortgage-backed security mulai Januari," kata Perry. Ia berujar proses itu akan dilakukan bertahap dan lebih besar penurunannya.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15-16 Desember 2021 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Days Repo Rate sebesar 3,5 persen. Suku bunga deposit facility juga dipertahankan di 2,75 persen, serta suku bunga lending facility tetap di 4,25 persen.
Baca: Lo Kheng Hong Buka-bukaan Soal Saham Pilihannya di 2022: Bank, CPO, Batu Bara
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.