Momentum tersebut akan mengerek transaksi ekspor Indonesia secara keseluruhan yang pada akhirnya bisa mendorong ekonomi dan kinerja perusahaan tumbuh lebih tinggi.
“Secara historis, dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia akan meningkat ketika harga komoditas tinggi, seperti yang terjadi pada 2013-2014 dan 2020-2021. Oleh karena itu, di tahun 2022 aliran dana asing diperkirakan akan terus masuk ke pasar saham domestik sejalan dengan masih tingginya harga komoditas,” paparnya.
Salah satu komoditas yang akan menjadi primadona adalah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Komoditas ini dipercaya akan membawa dampak signifikan terhadap kinerja IHSG. Terlebih, saat ini porsi kebun plasma atau kebun yang dimiliki oleh petani jumlahnya kian bertambah. Tingginya harga CPO akan membuat daya beli petani meningkat.
Hariyanto memperkirakan, para petani yang pada tahun ini cenderung menyimpan penghasilannya dalam bentuk tabungan akan membelanjakannya pada 2022 mendatang. Hal tersebut akan berkontribusi terhadap tumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat yang menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan riset Mirae, pada skenario bull case IHSG pada akhir 2022 berada di level 8.000 dengan potensi kenaikan sekitar 22,1 persen. Skenario bull case mengasumsikan pertumbuhan laba bersih IHSG pada 2022-2023 masing-masing sebesar 22 persen dan 12 persen yoy, dan target P/E IHSG sebesar 16,4 kali.
IHSG skenario terbaik bisa terwujud jika terjadi supercycle komoditas yang membuat harga komoditas, terutama harga CPO dan batu bara bertahan pada tingkat yang menguntungkan sepanjang 2022, yang bakal mendongkrak kinerja laba emiten.
BISNIS
Baca juga: Kata Erick Thohir Soal Startup Indonesia Didanai Asing
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.