BRIN sendiri menargetkan pagelaran kabel sepanjang 52 km tersebut akan dimulai pada pertengahan hingga akhir Desember 2021 mendatang, sehingga awal tahun 2022 nanti alat tersebut bisa berfungsi.
Peneliti Utama BRIN Heru Sri Naryanto menjelaskan CBT terdiri dari sensor bawah laut yang mengukur getaran gempa dan tekanan air (dalam Ocean Bottom Unit/OBU). Data getaran dan tekanan akan diteruskan melalui kabel bawah laut sampai ke daratan. Selanjutnya fasilitas di daratan secara real time akan mengirim data melalui radio atau jaringan FO telekomunikasi darat ke pusat data (Read Down Station/RDS).
Pengembangan teknologi InaCBT tersebut merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 93 tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami.
Penguatan dan pengembangan sistem informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dilakukan dengan cara pembangunan dan pengoperasian peralatan untuk observasi gempa bumi dan/atau tsunami, pemeliharaan peralatan untuk observasi gempa bumi dan/atau tsunami, serta penelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan, dan inovasi untuk kemandirian teknologi.
Pada kesempatan sosialisasi tersebut, para peserta juga mendapatkan informasi mengenai pengetahuan tsunami dari Perekayasa Madya BRIN Yus Budiyono.
Selain berada di Kabupaten Manggarai Barat, BRIN juga membangun InaCBT di Kabupaten Ende. Di sana, sensor diletakkan dekat dengan Gunung Rokatenda, Ende sehingga teknologi tersebut bisa mengamati potensi letusan gunung api yang dapat menimbulkan tsunami.
Jika terjadi longsoran akibat letusan gunung api, petugas bisa mendeteksi lebih dini kenaikan muka air laut.
BACA: BRIN Akan Bentuk 2 Organisasi Riset Baru, Bidangi Kesehatan dan Pangan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.