TEMPO.CO, Jakarta -Seiring berkembangnya kebiasaan berbelanja online, sampah dari paket e-commerce menumpuk. Sebagai sebuah startup e-commerce logistik, Paxel ikut bertanggung jawab untuk memberikan solusi, dengan meluncurkan servis PaxelRecycle.
"Bekerja sama dengan startup lingkungan Waste4Change, kami meluncurkan servis PaxelRecycle untuk membantu Indonesia memenuhi rekomendasi dari COP26 dan SDG, selain mengatasi dampak negatif dari pertumbuhan e-commerce terhadap lingkungan,” ungkap Co-Founder Paxel, Zaldy Ilham Masita dalam siaran yang diterima Tempo, Jumat, 26 November 2021.
Sesuai hasil keputusan COP26 lalu dimana penekanan emisi karbon harus menjadi target setiap negara, Zaldy menyebut bahwa penerapan zero waste living adalah langkah awal yang bisa diambil oleh individu.
“Paxel akan membantu setiap konsumen e-commerce untuk bisa tetap belanja online dan juga menjaga lingkungan melalui PaxelRecyle. Mari kita menjadi konsumen e-commerce yang peduli bumi dan menciptakan circular economy untuk e-commerce,” ujar Zaldy.
Pertumbuhan kegiatan belanja online memberikan dampak negatif pada lingkungan selama 10 tahun terakhir. Sampah packaging dari paket e-commerce yang kebanyakan plastik dan kardus menggunung di setiap rumah tangga di Indonesia.
Menurut Managing Director Waste4Change, M. Bijaksana Junerosano, salah satu dampak dari sampah package ini yang mulai dirasakan adalah berkurangnya kemampuan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) untuk menampung, sehingga perlu segera dicari lokasi baru untuk pembangunan TPA.