TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah ditutup melemah di level Rp 14.258 per dolar AS, Selasa, 23 November 2021. Nilai tukar melemah tipis 9 poin dari penutupan sebelumnya yang di level Rp 14.249 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assaibi menyebut pergerakan nilai tukar itu dipengaruhi sentimen dari eksternal maupun internal. Dari eksternal, dolar AS terpantau menguat terhadap mata uang lainnya pada Selasa.
"Penyebabnya adalah taruhan pada kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan meningkat setelah Presiden AS Joe Biden menominasikan Ketua Federal Reserve Jerome Powell untuk masa jabatan kedua," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa.
Biden menominasikan Powell untuk masa jabatan empat tahun kedua pada hari Senin atas Lael Brainard, yang dipromosikan menjadi wakil ketua Fed. Peran Powell dan Brainard perlu dikonfirmasi oleh Senat.
Investor juga terus memantau lonjakan kasus Covid-19 di Eropa. Di sisi lain, Gubernur Bank of France Francois Villeroy de Galhau mengatakan pada hari Senin bahwa kebangkitan kasus dan inflasi yang tinggi tidak akan mengubah rencananya untuk memulai pengurangan aset pada Maret 2022.
Isu lainnya adalah Reserve Bank of New Zealand akan memberikan keputusan kebijakannya pada hari Rabu, dengan Bank of Korea menyusul sehari kemudian.
Dari dalam negeri, pemerintah memproyeksikan serapan anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) mencapai 95 persen setara Rp 705,53 triliun pada akhir 2021. Sedangkan komponen kesehatan kemungkinan besar akan cukup tinggi realisasinya karena masih ada beberapa proses tagihan rumah sakit yang sedang berproses dan diharapkan bisa terselesaikan pada tahun 2021.
Saat varian Delta Covid-19 menyerang Indonesia, biaya rumah sakit yang ditanggung negara memang mengalami peningkatan, sehingga akan dilihat laporan total tagihannya pada akhir 2021 nanti. Sementara, hingga 19 November 2021 realisasi serapan anggaran PEN telah mencapai 67 persen dari pagu Rp 744,77 triliun.
Sedangkan, secara rinci, anggaran PEN untuk klaster kesehatan terealisasi 63 persen atau Rp 135,53 triliun dari pagu Rp 214,96 triliun. Dana PEN tersebut digunakan untuk pembagian paket obat untuk masyarakat dan penebalan PPKM, penggunaan RS darurat, biaya perawatan pasien Covid-19, hingga pengadaan vaksin.
Selain itu, anggaran perlindungan sosial akan mencapai target yang telah ditetapkan pada 2021 yaitu Rp 135,53 triliun, lantaran masih adanya pembayaran pada November dan Desember. Begitu pula dengan dukungan UMKM dan korporasi di mana masih ada proses penagihan subsidi bunga kredit usaha rakyat (KUR), sehingga kemungkinan akan terserap sekitar 90 persen di akhir tahun dari pagu Rp 81,83 triliun.
Untuk program prioritas yang dijalankan oleh berbagai macam kementerian dan lembaga, diperkirakan akan ada dorongan penyerapan anggaran yang lebih tinggi pada Kuartal Keempat 2021. Sehingga akan mendekati target yakni Rp 75,44 triliun.
"Dengan data tersebut maka pos program PEN yang kemungkinan akan terealisasi melewati target yakni insentif usaha yang memang sudah terealisasi 99,4 persen per 19 November 2021. sedangkan pemberian insentif usaha yang mencapai 99 persen ini menunjukkan adanya kegiatan ekonomi," ujar Ibrahim. Ekonomi yang bergerak diperkirakan meningkatkan klaim atas insentif pajak.
CAESAR AKBAR
Baca juga: IHSG Amblas di Sesi Pertama, Saham Perbankan Kompak Ambruk
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.