Kinerja positif itu didorong oleh surplus neraca barang yang meningkat akibat kenaikan ekspor nonmigas sejalan dengan masih kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional.
Di sisi lain, defisit neraca jasa tercatat lebih rendah yakni antara lain disebabkan oleh perbaikan kinerja jasa transportasi yang didukung oleh meningkatnya penerimaan jasa freight sejalan dengan peningkatan aktivitas ekspor.
Sementara, untuk defisit neraca pendapatan primer meningkat akibat kenaikan pembayaran imbal hasil investasi langsung yang dipengaruhi oleh perbaikan kinerja korporasi berbasis sumber daya alam (SDA).
Transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2021 mencatat surplus sebesar 6,1 miliar dolar AS atau 2 persen dari PDB yang lebih tinggi dari capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 1,6 miliar dolar AS atau 0,6 persen dari PDB.
"Ini makin meningkat terutama bersumber dari investasi langsung. Aliran masuk neto atau net inflows investasi langsung tetap terjaga sebesar 3,3 miliar dolar AS,” ujar Erwin
Investasi lainnya juga mengalami surplus setelah mengalami defisit pada triwulan sebelumnya yang dipengaruhi penurunan pembayaran neto pinjaman luar negeri, peningkatan penempatan simpanan nonresiden di dalam negeri, serta tambahan alokasi special drawing rights (SDR).
Untuk investasi portofolio selama triwulan III 2021 juga mencatat net inflows yaitu sebesar 1,1 miliar dolar AS meskipun menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,0 miliar dolar AS sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global.
Erwin memastikan Bank Indonesia akan senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI.