Sebelumnya, Luhut menegaskan pemerintah sangat agresif mendorong agar para produsen obat dan vaksin untuk bisa berinvestasi di Tanah Air. "Mengenai obat ini, dan vaksin, pemerintah kita sangat agresif. Saya terlibat di dalamnya dan saya kira, pembicaraan dengan Merck dan Pfizer itu sudah sangat maju," tuturnya.
Oleh karena itu ia sangat optimistis kedua perusahaan farmasi itu akan segera menanamkan modalnya di Indonesia. "Insya Allah kita dapat dan kita berharap bahwa itu harus ada pabriknya di dalam negeri, sehingga kita tidak jadi importir saja tapi kita jadi producer (produsen)," katanya.
Adapun Merck merupakan produsen obat Molnupiravir antivirus Covid-19. Sementara Pfizer telah mengumumkan hasil uji klinis obat oral Covid-19, yaitu Paxlovid.
Luhut ingin agar negara sebesar Indonesia tidak boleh hanya jadi importir obat-obatan. Ia pun mengingatkan bagaimana lemahnya posisi Indonesia ketika tidak bisa mendapat pasokan obat karena India kala itu diblok. Demikian pula saat Indonesia tidak bisa mendapatkan pasokan vaksin Astra-Zeneca dari India padahal sudah menandatangani kontrak.
"Kita sudah ngalamin kemarin, kasus kita bagaimana sakitnya kita tidak bisa dapatkan paracetamol karena India diblok. Sakitnya bagaimana kita, sudah tanda tangan kontrak untuk dapatkan Astra-Zeneca ditahan oleh India," ucapnya. Oleh karena itu, sejumlah pengalaman pahit ini diharapkan tak lagi terulang.
ANTARA
Baca: Pakar UGM Sebut Rata-rata Kenaikan UMP 1,09 Persen Terendah Sepanjang Sejarah
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.