Adapun Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen menambahkan bahwa pengendalian Covid-19 di AS akan sangat penting untuk mengurangi tekanan inflasi. AS juga merilis data penjualan ritel pada hari Selasa besok.
Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi rupiah yaitu pasar merespons positif setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data Neraca Perdagangan Indonesia. Lembaga tersebut melaporkan terjadinya surplus sebesar US$ 5,73 miliar secara bulanan (month to month/mtm) pada Oktober 2021.
Angka realisasi itu lebih tinggi dibandingkan surplus US$ 4,37 miliar pada September 2021 dan Oktober 2020 yang tercatat surplus US$ 3 miliar.
Surplus terjadi karena nilai ekspor mencapai US$ 22,03 miliar pada Oktober 2021. Sementara, nilai impor lebih kecil dibandingkan ekspor, yaitu US$ 17,23 miliar. Indonesia tercatat membukukan surplus perdagangan berturut-turut selama 14 bulan.
Sedangkan untuk ekspor, nilainya naik 6,89 persen secara bulanan dibandingkan US$20,61 miliar pada September 2021. Secara tahunan, nilainya naik 53,35 persen dari Oktober 2020 sebesar U$ 14,36 miliar. Secara total, ekspor Januari-Oktober 2021 mencapai US$ 186,32 miliar atau naik 41,8 persen dari US$ 131,39 miliar pada Januari-Oktober 2020.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan uang dibuka berfluktuatif. Tapi pada akhirnya kurs rupiah diramalkan menguat di kisaran Rp 14.280 hingga Rp 14.220 per dolar AS.
Baca: Erick Thohir Ingin Persingkat Masa Jabatan Komisaris BUMN jadi 3 Tahun
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.