“Turun sekitar 1 persen dari bulan Agustus dan masih belum naik seperti yang diharapkan, demikian juga produksi Malaysia yang dilaporkan turun 0,39 persen dari produksi bulan Agustus,” kata dia.
Konsekuensinya, Mukti menambahkan, harga CPO dunia kembali terkerek naik akibat pasokan yang relatif turun saat itu. Berdasarkan catatan GAPKI, Harga CPO Cif Rotterdam pada September mencapai US$ 1.235 per ton naik dari Agustus yang berada di angka US$ 1.226 per ton.
Selanjutnya, harga soybean oil (Dutch, ex mill) turun dari US$ 1.435 per ton menjadi US$ 1.405 per ton, sunflower oil (FOB NW Europe) turun dari US$ 1.380 per ton menjadi US$ 1.333 per ton dan rapeseed oil (Dutch FOB) naik menjadi US$1.606 persen ton dari US$ 1486 per ton.
“Kenaikan harga minyak sawit mungkin disebabkan rendahnya stok awal bulan September yang hanya 3,4 juta ton, 1,1 juta ton lebih rendah dari stok awal Agustus,” kata dia.
Di sisi lain, konsumsi dalam negeri bulan September sebesar 1.475 ribu ton yang relatif sama dengan bulan Agustus di posisi 1.465 ribu ton. Konsumsi untuk pangan turun mencapai 6,4 persen menjadi 672 ribu ton dari 718 ribu ton pada Agustus, untuk oleokimia relatif tetap, sedangkan alokasi pada biodiesel naik mencapai 9,3 persen menjadi 622 ribu ton dari 569 ribu ton pada bulan Agustus.
“Dengan produksi rendah dan ekspor yang turun, stok akhir September minyak sawit Indonesia masih naik menjadi 3,65 juta ton dari 3,43 juta ton pada bulan Agustus,” tuturnya.
BISNIS
Baca: Tommy Soeharto Mau Tempuh Langkah Hukum Soal BLBI, Begini Respons Kemenkeu
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.