TEMPO.Co, Jakarta - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir membeberkan hasil penjualan reagen yang diproduksi perseroan dalam 13 bulan terakhir. Reagen merupakan komponen utama dalam tes PCR dan yang paling menentukan harga akhir.
"Kami mungkin sudah bisa mencapai sekitar 40,5 persen dari reagen utama yang digunakan dalam pengetesan PCR nasional, yang menurut data yang kami dapat, itu sekitar 16 juta tes," kata Honesti dalam rapat Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa, 9 November 2021.
Bio Farma adalah salah satu produsen komponen tes PCR di tanah air. Pertama, mereka memproduksi reagen berupa PCR Singleplex (BioCov) pada Agustus 2020. Kala itu, reagen ini dibanderol seharga Rp 325 ribu per test (satuan kuantitas reagen).
Barulah pada September 2020, BioFarma memproduksi reagen baru berupa PCR Multiplex (mBioCov). Harganya saat itu dibanderol Rp 250 ribu per test, dan kini sudah turun Rp 90 ribu per test (di luar Pajak Pertambahan Nilai atau PPN) per Oktober 2021.
Kedua, Bio Farma juga memproduksi Viral Transport Medium dengan merek BioVTM. Ini merupakan media untuk menempatkan sampel yang diambil dari tenggorokan maupun hidung peserta tes PCR. Ketiga, Bio Farma memproduksi produk BioSaliva. Ini adalah alternatif dari BioVTM untuk memudahkan pengambilan sampel dari peserta tes PCR.
Baca Juga:
Produksi ketiga produk ini terus berjalan dan sedang ada pengembangan kapasitas. Kapasitas produksi mBioCov-19 akan dinaikkan dari 2,4 juta test per bulan menjadi 5 juta test.
Kapasitas produski BioVTM juga akan dinaikkan dari 300 ribu tube per bulan menjadi 600 ribu tube. Terakhir, produksi BioSaliva pun juga digenjot dari 40 ribu kit per bulan menjadi 100 ribu kit.
Honesti juga memaparkan realisasi distribusi dari produk-produk bikinan mereka ini. Ini merupakan data realisasi distribusi per 6 November 2021. Rinciannya yaitu sebaga berikut:
-mBioCov terdistribusi 6,2 juta
-BioCov terdistribusi 221 ribu
-BioSaiiva terdistribusi 38 ribu
-RNA Kit terdistribusi 314 ribu
-BioVTM terdistribusi 824 ribu
Menurut Honesti, berbagai produk ini dibuat Bio Farma untuk menekan impor. Sebab, tidak semua komponen dan kebutuhan tes PCR ini bisa diproduksi di dalam negeri. Selain itu, kata dia, produksi ini juga dilakukan untuk menekan harga akhir di masyarakat.
Baca juga: Selain Digugat Rp 2,08 Triliun, GoTo Dilaporkan ke Polda Metro Jaya Soal Merek
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.