Ia berujar nasib para pelaku ekonomi di Bali sangat bergantung kepada kedatangan turis domestik. "Lalu aturan wajib PCR sekonyong-konyong muncul dengan alasan yang dibuat-buat. Bubar jalan semua rencana para turis domestik untuk berlibur," tutur Herlia.
Pasalnya, ia mengatakan harga tes PCR masih sangat mahal. Di samping itu, tak semua klinik menawarkan hasil selesai dalam 1-2 hari. Karena itu, aturan anyar itu dinilai kembali menjadi hambatan datangnya turis ke Bali.
"Kami harus bagaimana lagi? Prokes sudah, vaksin sudah, Peduli Lindungi sudah. Selama ini dengan antigen-pun semua berjalan baik-baik saja tanpa kenaikan jumlah kasus. Kenapa tiba-tiba PCR? Sebegitu berlebihan kah kami yang hanya ingin bisa bertahan hidup?" tulis Herlia.
Untuk itu, ia pun mengajak masyarakat di seluruh Indonesia, terutama Jawa-Bali, pelaku industri pariwisata dan ekosistemnya, serta para pecinta Pulau Bali, untuk menandatangani petisi soal PCR tersebut. Hingga tulisan ini ditulis, petisi tersebut telah ditandatangani oleh 12.875 warganet.
CAESAR AKBAR
Baca juga: Pemerintah Diminta Rumuskan Harga Batas Atas Tes PCR
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.