Penambahan belanja dalam APBN juga dialokasikan untuk pemberian bantuan kepada pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang bisnisnya jatuh akibat lumpuhnya kegiatan masyarakat. “UMKM yang jatuh, dibantu melalui restrukturisasi kredit, melalui bantuan pemerintah untuk usaha kecil, dan jaminan semua diberikan,” ujar Sri Mulyani.
Kemudian, Sri Mulyani melanjutkan, keuangan negara menopang korporasi-korporasi yang memiliki tanggungan besar. Korporasi diberikan bantuan insentif usaha berupa relaksasi pajak yang membuat penerimaan negara berkurang.
Meski demikian, ia melihat pada krisis pandemi kali ini, kondisi fiskal dan moneter negara lebih kuat ketimbang krisis sebelumnya. Perbankan, misalnya, sudah memiliki cadangan modal yang cukup tinggi sehingga tidak kolaps.
Regulator, seperti Otoritas Jasa Keuangan, pun melakukan kebijakan tanggap darurat untuk membuka ruang restrukturisasi guna mencegah meningkatnya kredit macet. Hal serupa terjadi di hampir seluruh negara yang terdampak pandemi sehingga akibat yang ditimbulkan tak seperti krisis-krisis sebelumnya.
“Karena kita belajar dari kedua krisis, jadi bank current-nya tinggi, prudential regulacy-nya cukup sangat prudent," kata Sri Mulyani. Sehingga, walau terjadi krisis ketiga, bank seluruh dunia relatif lebih siap.
Baca: Sri Mulyani: Sekarang Semua Orang Ngurusin Utang Negara, It Is Good
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.