Untuk menghadapi lonjakan impor ini, Moshe menyebut pemerintah bisa menempuh dua alternatif. Pertama, memperluas penggunaan kompor listrik. Sebenarnya, kata dia, pemerintah sudah menggalakkan penggunaan kompor listrik untuk rumah tangga.
Moshe menilai rencana itu sudah cukup bagus, tapi butuh tindakan lebih dari sekedar menggalakkan. Pemerintah, kata dia, bisa menawarkan insentif dan subsidi. Tujuannya agar biaya yang dikeluarkan masyarakat menggunakan kompor listrik bisa lebih rendah atau sama dengan LPG.
Alternatif kedua yaitu menerapkan teknologi terbaru dari Amerika Serikat yaitu Adsorbed Natural Gas (ANG). Sejauh ini, kata dia, gas alam di tanah air baru dimanfaatkan dalam bentuk LPG maupun Compressed Natural Gas (CNG).
Moshe menyebut ANG bisa jadi pilihan karena proses distribusinya ke sektor retail seperti restoran dan hotel jauh lebih mudah. Kadar resikonya pun lebih rendah ketimbang produk seperti CNG karena punya tekanan di dalam tabung yang lebih rendah, tapi kapasitas penyimpanan dua kali lipat.
Menurut Moshe, alternatif ini bisa dilakukan mengingat Indonesia memiliki gas alam yang berlimpah. "Jadi ini perlu digalakkan untuk substitusi LPG," kata dia.
Baca juga: Sampai 10 Tahun ke Depan, Eksplorasi Migas Butuh USD 6 Miliar
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.