TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) mencatat konsumsi Liquified Petroleum Gas (LPG) di masyarakat terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, produksi lokal tidak meningkat sehingga kebutuhan LPG masih banyak dipenuhi dari impor.
"Ini perlu alternatif, terus terang saja," kata Direktur Eksekutif Aspermigas, Moshe Rizal Husin, dalam diskusi Tempo Energy Day pada Jumat, 22 Oktober 2021.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan volume impor LPG masih akan naik pada 2021, baik bersubsidi maupun nonsubsidi. Jumlah itu naik dibandingkan tahun lalu yang sebesar 6,2 juta metrik ton.
"Kami menghitung berapa produksi dari kilang atau LPG dalam negeri yang sudah kami hitung, ada sedikit peningkatan. Sehingga rencananya di 2021 impor LPG 7,2 juta metrik ton," kata Nicke Widyawati dalam rapat dengan Komisi Energi DPR, Selasa, 9 Februari 2021.
Angka 7,2 juta metrik ton ini juga tertinggi sejak empat tahun terakhir. Pada 2018, Pertamina mengimpor LPG sebanyak 5,5 juta metrik ton. Sedangkan pada 2019, Pertamina mengimpor 5,8 juta metrik ton.
Impor ini masih akan terus berlanjut hingga empat tahun ke depan. Lantaran, Pertamina baru berencana menyetop total impor LPG pada 2027.