Para pendiri perusahaan rintisan itu pun, menurut John, tidak datang dengan model bisnis sekali jadi. Melainkan selalu berupaya menyajikan model bisnis yang fleksibel agar dapat memberikan layanan tepat guna. “Jadi mereka itu punya mimpi mengubah hidup lebih baik, bahkan mungkin mengubah dunia, urusan untung dan uang justru belakangan."
Oleh sebab itu, Venturra Capital ingin terlibat lebih dalam untuk membantu dan mendampingi perusahaan rintisan teknologi. “Dan itu pun berbuah dengan perkembangan terkini berbagai perusahaan rintisan yang menjadi portofolio, mereka memegang peranan penting di tengah pandemi saat ini,” tuturnya.
John kemudian mengungkapkan setidaknya ada empat strategi Venturra Capital. Pertama, sebagai early stage, yaitu menjadi investor sekaligus pendamping perusahaan rintisan teknologi sejak dini, seperti yang dilakukan terhadap Grab.
Artinya, Venturra Capital ikut merancang strategi pengembangan perusahaan rintisan tersebut. “Dulu kami masuk memberikan US$ 50.000, sekarang valuasinya berlipat-lipat,” kata John.
Kedua yaitu late stage, di mana investasi dilakukan terhadap perusahaan yang telah mapan serta pra IPO. John mencontohkan investasi Lippo pada tahap ini dengan menyuntikkan dana ke Noice, sebuah platform audio digital yang memiliki konten podcast hingga radio.
“Dengan mencapai fase ini, bermakna bahwa perusahaan rintisan teknologi ini telah mampu bersaing dan bertahan dari habitatnya yang mungkin terdapat ratusan perusahaan sejenis,” kata John.