Selain itu, Erick mengatakan pihaknya akan melakukan negosiasi kerja sama dengan perusahaan baja asal Korea, Posco. Sehingga, kepemilikan Indonesia dan Posco nantinya bisa 50:50. Ia mengatakan selama 6-7 tahun ini kemitraan dengan Posco telah menghasilkan pemasukan yang baik.
Krakatau Steel dan Posco Korea sebelumnya membentuk perusahaan pabrik baja terpadu bernama PT Krakatau Posco sejak 2014.
Adapun di PTPN, Erick menyebut ada tiga langkah restrukturisasi. Pertama, adalah membuat Holding PTPN. Ia mengatakan langkah tersebut sempat menimbulkan keributan. Namun, efisiensi tersebut hasilnya baik dan programnya berjalan.
"Refocusing product. Ada sawit salah satunya dan harga sawit lagi bagus. dengan restrukturisasi dan refocusing kepada sawit, dan pembangunan manajemen yang bagus. Yang tadinya targetnya rugi Rp 1,6 triliun, itu sekarang bisa untung Rp 2,3 triliun," ujarnya.
Langkah tersebut akan diikuti dengan fokus perseroan ke produk gula. Pasalnya, selama ini Indonesia masih terus mengimpor gula untuk konsumsi.
"Bahkan ada permainan di sana sini. Jadi kemarin saya ngecek langsung ke Banyuwangi. Bagaimana direksi yang baru, bagus nih direksinya perempuan. Bisa turn around rendemen dari 4-5,5 menjadi 8," tutur Erick.
Tempo mencoba mengkonfirmasi paparan soal utang Krakatau Steel kepada Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim. Namun, hingga berita diturunkan, Silmy belum merespons.
Sebelumnya, Silmy mengatakan laba bersih Krakatau Steel hingga Agustus 2021 sebesar Rp 800 miliar atau meningkat 54 persen di atas realisasi laba di periode yang sama di tahun 2020, sebesar Rp 362,5 miliar.
CAESAR AKBAR
Baca juga: Investasi Mandek dan Utang Krakatau Steel, Erick Thohir: Pasti Indikasi Korupsi