TEMPO.CO, Jakarta - Petani tembakau meminta imbas kenaikan tarif cukai rokok benar-benar bisa memberikan kesejahteraan mereka. Mereka mengaku mendukung kenaikan tarif cukai rokok sepanjang sebagian dikembalikan kepada para petani.
“Kami minta porsi pembagiannya diberikan lebih banyak agar petani bisa menikmati dan berdiversifikasi tanaman lain biar menguntungkan,” kata Istanto, petani multikultur di Magelang, Jawa Tengah dalam webinar yang diadakan Center of Human and Economic Development (CHED) Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan pada Kamis, 19 Agustus 2021.
Menurut Istanto, sudah delapan tahun terakhir, harga tembakau dari petani belum bisa memberikan keuntungan. “Kalau pedagang sih tidak pernah rugi, tapi berbeda kalau petani sudah sewindu ini masih belum menguntungkan, makanya kami melakukan diversifikasi dengan bertanam ubi, kentang, dan tanaman holtikultura,” katanya.
Istanto yang kini juga bertanam ubi jalar menuturkan, selama ini, hasil dari pertanian multikultur cukup menjanjikan. Kebuntungan memanen tembakau ditutupi dengan hasil panen ubi, seperti yang dirasakannya.
Tapi, menurut dia, hal itu tak selalu bagus kala tiba-tiba berdatangan barang impor bersamaan dengan masa panen petani. Misalnya, saat petani bawang sedang berharap rezeki dari panen mereka, tak berdaya ketika di pasar berlimpah bawang impor dengan harga jauh lebih murah, sekalipun rasanya jauh di bawah bawang lokal.
Karena itu, Istanto meminta, sebagian dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) itu juga digunakan sebagai perlindungan kepada petani. “Ketika petani mengalami gagal panen, bisa diberikan asuransi atau pengganti untuk peningkatan kesejahteraan petani, misalnya menghadapi serangan hama yang luar biasa. Ada petani padi yang diserang tikus kalau enggak ya burung,” tuturnya.