Tak hanya Yoyok, Didi Kuswandi juga menyampaikan hal serupa. Ia menyebutkan kini banyak anak muda yang ingin menggeluti bertanam porang. Petani dari Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun menyatakan belakangan banyak generasi milenial yang pandangannya terhadap petani telah berubah.
Porang atau dalam bahasa latin disebut Amorphopallus Muelleri Blume merupakan tanaman umbi-umbian yang memiliki banyak keunggulan. Selain rendah kalori dan juga bebas gula, porang bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan hingga bahan kosmetik. Produk ini naik daun karena diminati oleh sejumlah negara tujuan ekspor.
Keuntungan menggiurkan dari bercocok tanam porang juga dipaparkan oleh Warsito, seorang petani dari lereng Gunung Wilis. Ia bercerita kepada Presiden bahwa dari satu hektare lahan, bisa diperoleh 15 hingga 20 ton umbi porang dalam rentang waktu tanam 8 bulan. Bila dirupiahkan, nilai penjualan bisa mencapai Rp 35 hingga 40 juta.
Mendengar sejumlah cerita sukses itu, Presiden Jokowi turut tergelitik. "Kalau dengar ceritanya yang terakhir tadi, semua ingin jadi petani porang jangan-jangan nanti," katanya diiringi gelak tawa para petani yang hadir.
Lebih jauh ia berpesan kepada para petani muda agar tak berhenti dalam bertani saja, tapi harus bisa mengolah porang hingga pascapanen. Petani bisa mengolah umbi porang menjadi barang jadi, misalnya menjadi keripik, seperti halnya yang dilakukan PT Asia Prima Konjac pada awal berdirinya.
"Jangan sampai nanti yang mengolah itu di Jepang, atau di Cina, atau di Korea Selatan, atau di Eropa, nggak. Kita harus mengolah sendiri, ada hilirisasi, ada industrialisasi, sehingga nilai tambah betul-betul ada di dalam negeri," kata Jokowi.
ANTARA
Baca: Faisal Basri: Utang Pemerintah Naik Lebih dari 3 Kali Lipat dari Akhir Pemerintahan SBY-JK