Sementara, sebagai peluncur, pemerintah menggandeng Space Exploration Technologies Corporation atau SPACEX. SPACEX merupakan perusahaan transportasi luar angkasa swasta Amerika Serikat yang didirikan oleh Elon Musk.
Berdasarkan linimasa pembangunan SATRIA, pemerintah telah merencanakan proyek ini sejak 2019 diawali dengan penandatanganan KPBU. Pada Maret 2021, tahap pembangunan satelit memasuki financial close dan pada tahun yang sama mulai dibangun Stasiun Bumi di sebelas lokasi.
Stasiun Bumi berada di Cikarang, Batam, Pontianak, Banjarnegara, Tarakan, Manado, Manokwari, Ambon, Kupang, Timika, dan Jayapura. “Aantena yang dibuat di Xian, Tiongkok, sudah dalam proses pengerjaannya dan akan dikirimkan ke Indonesia tahun ini untuk mulai dipasang (di Stasiun Bumi). Antena itu memiliki ukuran sebesar 13 meter,” ujar Adi.
Pada pertengahan tahun depan, Adi memastikan telah dilakukan penyatuan antara payload procurement dan propulsion unit procurement. Setelah beroperasi, Satelit SATRIA I akan menjangkau 150 ribu titik layanan publik.
Titik-titik itu meliputi 93.900 di sekolah dan pesantren, 3.700 titik pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit, 3.900 titik layanan keamanan masyarakat, 47.900 kantor desa hingga pemerintah daerah, serta 600 titik di layanan publik lainnya.
Adapun SATRIA I akan memiliki total kapasitas 150 Gbps dan akan menjangkau seluruh wilayah di Indonesia dengan total keterjangkauan 116 spotbeam. Satelit ini diklaim memiliki teknologi digital processing termutakhir dan merupakan Satelit Spacebus Neo 6 tingkat pertama di Asia.
Baca: AS Bekukan Aset Milik Bank Sentral Afghanistan Rp 138,7 Triliun