“Bunga simple interest 4 persen, kalau US$ 350 juta x 4 persen sama dengan US$ 14 juta per tahun. Selama 9 tahun US$ 126 juta atau dengan memakai nilai tukar US$ Rp 14.500 sama dengan Rp 1,8 triliun,” ujar Peter.
Peter pun memperkirakan total kerugian CT di maskapai pelat merah sampai sekarang sudah Rp 9,2 triliun. Bila diasumsikan dengan selisih antara nilai arus kas atau NPV, total potensi kerugiannya bisa mencapai Rp 11,2 triliun. “Itulah kenapa saya bilang Rp 11 triliun karena saya hitung NPV US$ 350 juta, yah kira-kira oportunity loss,” katanya.
Dua perwakilan CT di Garuda, yakni Peter dan Dony Oskaria, diberhentikan dari maskapai pelat merah tersebut. Dony sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Garuda. Pemberhentian Peter dan Dony diumumkan dalam rapat umum pemegang saham, Jumat, 13 Agustus 2021.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra beralasan keputusan ini berada di tangan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham terbesar perusahaan. Saat ini, Garuda tengah menghadapi beban berat dan melakukan efisiensi dari berbagai sisi.
Efisiensi yang dilakukan Garuda, kata Irfan, adalah upaya yang tak terhindarkan. "Mengingat memang dari waktu ke waktu upaya-upaya pengurangan streamlining jumlah karyawan. Secara tidak langsung akan berdampak ke direksi dan komisaris juga."
Baca: Mundur dari Komisaris Garuda, Yenny Wahid Ingin Nembang dan Menikmati Kampung