TEMPO.CO, Jakarta - Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid resmi mundur dari Komisaris Independen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Yenny bercerita ingin bersantai sejenak menikmati kampung halaman seusai melepas jabatannya dari maskapai perusahaan pelat merah.
“Rencana nembang saja. Menikmati alam kampung dulu,” ujar Yenny saat dihubungi Tempo pada Jumat petang, 13 Agustus 2021.
Yenny kini tengah berada di kampung halamannya di Jombang, Jawa Timur. Dia mengisi kegiatan dengan bermusik bersama para seniman asal Yogyakarta.
Anak kedua dari Abdurrahman Wahid ini pun membagikan videonya ketika sedang pentas di sebuah pendopo di rumahnya tanpa penonton. Yenny yang bertugas menyanyi melantunkan tembang dengan syair yang diadaptasi dari Serat Sastra Gending karya Sultan Agung tahun 1500-an.
“Isinya tentang hakekat kehidupan. Cocok banget sama suasana pandemi,” kata Yenny.
Keputusan Yenny mundur dari Garuda menjadi pilihan berat. Ia mengatakan keputusan itu diambil sebagai upaya untuk mengurangi beban operasional perseroan.
“Memang sedih sekali, tapi ini adalah upaya keil saya untuk membantu Garuda agar bisa melakukan efisensi biaya dan menekan biaya yang mungkin terus membebani sehingga Garuda bisa diselamatkan dan terus mengudara dengan perkasa,” ujar Yenny
Yenny menandatangani surat pengunduran dirinya di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau BUMN, Jakarta Pusat. Meski tak lagi berada di jajaran Dewan Komisaris Garuda, ia menyebut akan selalu mendukung untuk maskapai pelat merah itu.
Adapun Yenny membeberkan bahwa emiten berkode GIAA ini terus mengalami beban keuangan yang berat. Pada Mei 2021, Garuda mencatatkan pendapatan minus US$ 60 juta. Meski memperoleh pendapatan sebesar US$ 56 juta, perusahaan harus membayar sewa pesawat sebesar U$S 56 juta pula.
Dengan demikian, pendapatannya habis untuk membayar sewa. Kemudian Garuda juga harus mengeluarkan biaya perawatan sebesar US$ 20 juta, avtur US$ 20 juta, dan gaji untuk karyawan US$ 20 juta.
Masalah keuangan Garuda Indonesia terjadi karena maskapai menyimpan warisan masalah masa lalu yang bertumpuk-tumpuk. Yenny mengatakan pada era lampau, Garuda melakukan pengadaan pesawat yang bermasalah sehingga berdampak pada keuangan saat ini.
Garuda juga melakukan pengadaan yang tidak cocok dengan karakter bisnis perusahaan. Akibatnya, Garuda menanggung rugi terus-menerus. Di sisi lain, saat kondisi keuangan memburuk, Garuda menemui hambatan untuk melakukan negosiasi dengan para lessor-nya.
“Karena tentu ini uang miliaran rupiah, ratusan miliar, pasti akan alot. Perlu dukungan doa tambahan semangat agar bisa sukses perjuangkan upaya-upaya ini,” kata Yenny.
BACA: Erick Thohir Ingatkan 2 Fokus Garuda Indonesia Pasca Perombakan Manajemen
FRANCISCA CHRISTY ROSANA