Pelemahan rupiah di tengah dolar AS yang terus menanjak seiring dengan langkah investor yang mencari aset aman. Berdasarkan data Bloomberg, saat itu terlihat kurs rupiah ditutup turun 0,17 persen menjadi Rp 14.542 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama dunia menguat 0,19 persen menjadi 93.150.
Sementara itu, mata uang di kawasan Asia Pasifik terpantau ditutup variatif. Yen Jepang melemah 0,25 persen, dolar Singapura turun 0,24 persen, sedangkan peso Filipina naik 0,78 persen dan yuan Cina naik 0,16 persen.
Ibrahim kala itu menyebutkan dolar AS berada di ambang puncak baru sejak awal tahun pada hari ini karena kegelisahan melonjaknya infeksi Covid-19 di tengah-tengah ekspektasi kenaikan suku bunga di AS.
“Infeksi AS telah melonjak, terutama di negara bagian yang belum divaksinasi. Data ini yang mengakibatkan dolar naik karena perbedaan hasil telah bergerak melawannya,” tulis Ibrahim.
Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi kurs rupiah adalah imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun turun ke level terendah lima bulan di bawah 1,2 persen pada awal pekan di tengah skeptisisme baru tentang rebound ekonomi yang kuat dari pandemi. Selain itu, investor sekarang disebut tengah menunggu keputusan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan dirilis.
BISNIS
Baca: Rupiah Tertekan di Level 14.497 per USD, Analis: Terpengaruh Sentimen The Fed