TEMPO.CO, Jakarta - CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menyebutkan, perusahaan terus membidik profitabilitas untuk memperbaiki kinerja keuangan. Ia ingin pertumbuhan yang dicapai perusahaan berkualitas dan berkelanjutan.
Selain itu, Rachmat hendak menghapus stigma perusahaan teknologi kalau mau tumbuh harus 'bakar' uang lebih banyak. "Kami di Bukalapak berbeda, kami ingin bertumbuh, memperbaiki profitabilitas, sehingga pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan," ujarnya dalam acara paparan publik Penawaran Saham Perdana PT Bukalapak.com Tbk., Jumat, 9 Juli 2021.
Pertumbuhan itu, kata dia, sudah terasa pada periode 2018-2020. Sepanjang tahun lalu, Bukalapak membukukan pendapatan Rp 1,35 triliun, atau naik dari 2019 senilai Rp 1,07 triliun, dan 2018 sebesar Rp 292 miliar. Adapun pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) mencapai 115 persen.
Pada tahun 2020, total transaksi di Bukalapak mencapai Rp 85,08 trilun, naik dari 2019 sebesar Rp 57,39 triliun, dan 2018 sejumlah Rp 28,34 triliun. Sementara dari sisi Ebitda, Bukalapak membukukan -Rp 1,67 triliun pada 2020 dibandingkan -Rp2,68 triliun pada 2019 dan -Rp2,22 triliun pada 2018.
Rachmat menjelaskan, perbaikan Ebitda pada tahun lalu sudah mencapai Rp 1 triliun. "Ebitda sudah membaik 1 triliun lebih, kami berharap tren perbaikan ini berlanjut," katanya. Laporan keuangan perseroan menunjukkan Bukalapak memang masih mencatatkan rugi bersih.
Pada tahun 2020, rugi bersih Bukalapak mencapai -Rp 1,35 triliun, atau turun dari tahun sebelumnya -Rp 2,79 triliun. Rugi bersih per saham yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham entitas induk -Rp 171,48, berkurang dari sebelumnya -Rp 365,79.