Artinya, belum sampai 6 bulan sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia, saham DCII telah menguat lebih dari 14.000 persen. Dari sisi market cap, kapitalisasi pasar DCII juga terus membengkak hingga Rp143,74 triliun.
Hasan menuturkan, kenaikan harga saham emiten milik Toto Sugiri tersebut sejalan dengan kehadiran peluang besar dari transofrmasi ekonomi Indonesia ke arah ekonomi digital sehingga pelaku usaha tengah mengembangkan ekosistem digitalnya.
Walhasil, para pelaku usaha butuh dukungan pusat data yang mampu menyediakan fasilitas penyimpan informasi dan aplikasi bisnis yang andal, efisien, aman, dan mampu dengan cepat menyesuaikan pelayanan dengan perkembangan bisnis model mereka.
“Tapi berapa besarkah potensi bisnis pusat data beberapa tahun ke depan? Salah satu tulisan yang pernah saya baca memperkirakan nilai bisnis data center hingga 2025 masih berkisar US$4 miliar per tahun,” katanya.
Dia pun menggarisbawahi dua hal utama terkait kenaikan yang dialami DCII dan tren ekonomi digital di Indonesia. Pertama, ketika suatu teknologi baru berkembang, akan ada banyak entry ke dalam industri yang mana sedikit perusahaan akan berkembang sedangkan sebagian besar akan tersingkir dari pasar.
Kedua, dia membandingkan Hyperscale Data Center (HDC) milik DCII dan data center serupa milik PT Telkom Indonesia (Persero), yang mana keduanya melakukan topping off atau penyelesaian pembangunan pada waktu hampir bersamaan.
“Keduanya memiliki sertifikasi tier 3 dan 4. HDC milik DCII memiliki kapasitas 3.000 rack. 15 MW. HDC milik TLKM memiliki kapasitas 10.000 rack dan 75 MW,” kata Hasan.
BISNIS
Baca juga: Gembok Dibuka, Saham DCII Langsung ARA Usai Melonjak 20 Persen ke Level 60.300