TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir mengatakan pandemi Covid-19 membuat kinerja sejumlah perusahaan pelat merah tertekan. Laba bersih untuk seluruh BUMN pun turun dari semula Rp 124 triliun pada 2019 menjadi tinggal Rp 28 triliun pada 2020.
“Kalau kita lihat dari konsolidasi awal, karena belum diaudit, jelas memang pandemi ini sangat berdampak pada BUMN," ujar Erick dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Kamis, 3 Juni 2021. "Pada tahun ini mungkin konsolidasi hanya Rp 28 triliun."
Penurunan laba terjadi karena pendapatan perseroan anjlok. Menurut Erick, total pendapatan perseroan turun dari Rp 1.600 triliun pada 2019 menjadi Rp 1.200 triliun untuk tahun ini.
Erick Thohir mengimbuhkan, dampak pandemi terhadap kinerja BUMN akan terlihat jelas pada buku konsolidasi Kementerian yang rencananya terbit perdana dalam waktu dekat. “Insya Allah di tahun ini kita akan pertama kali mempunyai buku kementerian BUMN secara konsolidasi,” ujarnya.
Melalui buku tersebut, Kementerian bisa mengintegrasikan basis data antar-perusahaan pelat merah dan melihat masalah-masalah yang dialami manajemen. Dengan demikian, solusi yang diperlukan, seperti efisiensi dan pemotongan biaya operasional atau Capex (capital expenditure) bisa dilakukan dengan tepat.
Mekanisme pembukuan ini sebelumnya telah dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. “Kalau kita lihat kan Telkom profitabilitasnya naik. Itu bagaimana capex kita tekan yang mungkin bisa kita sampaikan pimpinan,” ujar Erick.
Sejumlah perusahaan BUMN mengalami penurunan pendapatan bahkan merugi pada 2020, khususnya yang bergerak di sektor transportasi. PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI misalnya, membukukan kerugian hingga Rp 2,4 triliun pada kuartal III pada 2020. Nasib sama dialami PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang menanggung rugi Rp 15 triliun pada kuartal III 2020.
Baca: Erick Thohir Usul Tambahan Anggaran Hingga Rp 33,34 Miliar, Untuk Apa Saja?