Kendala pasokan terus tercermin dari perpanjangan waktu pemenuhan pesanan, yang mengakibatkan inflasi biaya input dan output terus berlanjut di Indonesia. Sebagai akibat dari keterlambatan pengiriman, input menipis meskipun rekor transaksi pembelian meningkat.
“Secara keseluruhan, perusahaan tetap optimis mengenai output pada masa mendatang, dengan harapan kondisi Covid-19 membaik. Sangat penting bahwa situasi pandemi terus terkendali, khususnya dengan wabah yang meluas di wilayah Asia dan pasca liburan Idul Fitri, agar tidak menggagalkan pemulihan yang sedang berlangsung.”
Dua komponen terbesar indeks headline, output dan permintaan baru, sebagai kontributor utama dalam peningkatan rekor sektor pada Mei. IHS Market menyaksikan peningkatan yang lebih kuat dari permintaan secara keseluruhan, didukung oleh pertumbuhan permintaan baru internasional pada bulan kedua, yang memicu kenaikan produksi manufaktur pada bulan Mei.
"Guna memenuhi kebutuhan permintaan baru dan produksi yang meningkat, produsen meningkatkan akuisisi bahan baku dan barang setengah jadi, memperluas pembelian selama empat bulan berturut-turut," tulis IHS Markit dalam laporannya.
IHS Markit juga mengaitkan kenaikan PMI manufaktur sebagai respons baik terhadap pemenuhan permintaan saat ini dan antisipasi dari permintaan yang akan datang. Mei juga merupakan bulan kedua saat tingkat pertumbuhan aktivitas pembelian mencapai rekor. Sementara itu, perluasan jumlah tenaga kerja terlihat pertama kalinya sejak 15 bulan ketika perusahaan merekrut lebih banyak pegawai untuk memperluas kapasitas operasi mereka.
BISNIS
Baca juga: Riset Lifepal: Indeks PMI Manufaktur Indonesia Tertinggi ke-2 di ASEAN