Produsen pakaian global telah terperangkap dalam kontroversi seputar kapas yang bersumber dari Xinjiang, dengan konsumen Cina memboikot merek asing yang mengkritik tindakan negara itu dan pemerintah Barat seperti AS menindak barang-barang yang bersumber dari wilayah tersebut.
Gejolak geopolitik telah menambah ketidakpastian bagi perusahaan pakaian jadi yang telah bertaruh pada Cina untuk mendorong pertumbuhan di masa depan.
Uniqlo tidak menjadi target utama boikot di Cina dibandingkan dengan rival mereka seperti Hennes & Mauritz AB. Yanai, yang juga CEO Fast Retailing, telah berulang kali menolak mengomentari Xinjiang, dengan mengatakan perusahaan tidak melibatkan dirinya dalam masalah politik.
Ada 47 toko Uniqlo di AS pada April. Fast Retailing memiliki sekitar 809 toko Uniqlo di Cina daratan, yang merupakan seperlima dari pendapatan perusahaan.
BISNIS
Baca juga: Buka Gerai di Solo Paragon, Uniqlo: Lima UMKM Kami Gandeng