Setyanto optimistis upaya penanaman modal terbaru ini akan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk melihat dan menikmati lebih banyak inovasi berbasis teknologi terdepan karya anak bangsa.
Lebih jauh Handito menilai aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi Telkomsel dalam memperkuat trifecta bisnis digital perusahaan, yaitu Digital Connectivity, Digital Platform dan Digital Services.
Ia menjelaskan, secara bisnis jangka panjang sepertinya tidak dirasa perlu bagi Telkomsel untuk menambah penyertaan di Gojek. Hanya saja rencana IPO GOTO yang diharapkan memberikan capital gain dalam jangka relatif pendek bisa menjadi menjadi pertimbangan Telkomsel dalam rangka mengganjal performa keuangan.
“Dilihat dari lumayan besarnya investasi yang ditanamkan Telkomsel di Gojek, sepertinya dihasilkannya manfaat berupa penambahan pelanggan atau pendapatan belum terbayar dari nilai investasi tersebut. Bahkan, investasi Telkomsel di Gojek akan memperbaiki struktur permodalan dan investment gim mereka,” kata Handito.
Tidak hanya itu, menurut dia, aksi korporasi tersebut turut meningkatkan gairah kompetitor untuk segera melantai di bursa, khususnya di bidang sejenis baik bursa lokal maupun melalui SPAC.
Sepanjang tahun 2020, Telkomsel mencatatkan pendapatan senilai Rp 87,1 triliun. Angka ini turun 4,4 persen secara tahunan.
Kontribusi bisnis layanan digital menjadi penggerak utama Telkomsel dalam membukukan nilai tersebut. Tercatat anak perusahaan BUMN ini berhasil mencetak pendapatan layanan digital senilai Rp 62,32 triliun pada 2020, naik 7 persen secara tahunan.