TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada Maret 2021 mencapai US$ 18,35 miliar. Pertumbuhannya pun mencapai dua digit, yaitu 20,31 persen (month-yo-month/mtm) dan 30,47 persen (year-on-year/yoy).
"Jadi ini pertumbuhan yang sangat menggembirakan, dua digit," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual pada Kamis, 15 Maret 2021.
Pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi sepanjang 2020. Pada Januari 2021, ekspor tumbuh minus 7,48 persen (mtm) dan 12,24 persen (yoy). Sementara pada Februari 2021, ekspor tumbuh minus 0,19 persen (mtm) dan 8,56 peren (yoy).
Menurut Suhariyanto, pertumbuhan dua digit ini dipicu oleh kenaikan harga komoditas migas dan non-migas utama ekspor Indonesia. Selain itu, pertumbuhan juga dipengaruhi meningkatnya permintaan dari berbagai negara tujuan ekspor.
Harga Indonesian Crude Price (ICP) misalnya, naik dari US$ 60,36 per barel pada Februari 2021 menjadi US$ 63,5 per barel pada Maret 2021. Pertumbuhannya mencapai 5,2 persen (mtm) dan 85,51 persen (yoy).
Selain itu, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas non-migas seperti batu bara, minyal kernal, Crude Palm Oil (CPO), tembaga, aluminium, dan timah. Untuk batu bara misalnya, terjadi kenaikan harga 9,43 persen (mtm) dan 42,2 persen (yoy).
Meski demikian, beberapa komoditas utama ekspor mengalami penurunan harga. Salah satunya nikel yang turun 11,7 persen (mtm). Lalu emas yang turun 4,67 persen.
BACA: Menteri Trenggono Lepas Ekspor Produk Perikanan Senilai Rp 1 Triliun
FAJAR PEBRIANTO