TEMPO.CO, Jakarta - PT Semen Baturaja meraup pendapatan Rp1,72 triliun pada 2020 di tengah pelemahan industri semen akibat dampak dari penyebaran COVID-29.
Direktur Utama PT. Semen Baturaja Tbk Jobi Triananda Hasjim mengatakan performa positif ini berkat kesigapan perseroan dalam melakukan efisiensi biaya produksi dan biaya usaha, perbaikan sistem distribusi dan penataan distributor.
Perseroan pun mendorong upaya peningkatan pendapatan melalui penjualan white clay. “Hasilnya Perseroan mampu menekan harga pokok secara signifikan dan juga memaksimalkan pendapatan dengan capaian Rp1,72 triliun,” kata dia, Rabu, 31 Maret 2021.
Selain itu, PT Semen Baturaja juga mampu meningkatkan EBITDA menjadi Rp416,4 miliar atau meningkat 2 persen dari tahun 2019. Untuk Cash From Operation (CFO) perseroan membukukan Rp393 miliar pada akhir 2020.
“Atas pencapaian kinerja yang positif di tahun 2020, manajemen semakin optimis akan kinerja pada 2021 akan jauh lebih baik,” kata dia.
Hal ini seiring adanya upaya akselerasi pemulihan ekonomi nasional dari pemerintah yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan pada sektor infrastruktur yang menjadi sektor utama penyerap semen.
Penyebaran virus COVID-19 ke seluruh dunia termasuk Indonesia menyebabkan kinerja perekonomian melemah dan pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan.
Hingga akhir tahun 2020, pandemi COVID-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan sebesar -2,07 persen.
Tahun 2020 menjadi tantangan berat bagi seluruh pelaku industri, untuk industri semen diketahui kondisi pasar yang sudah oversupply sejak tahun 2019, lalu makin tertekan dengan adanya pandemi COVID-1 sehingga secara nasional demand mengalami penurunan hingga 10,7 persen (yoy).
BACA: Semen Baturaja Tampung Limbah Batu Bara Bukit Asam untuk Bikin Semen