TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Emma Sri Martini membeberkan proyeksi kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan hingga tahun 2024 mencapai US$ 92,36 miliar atau setara dengan Rp 1.288 triliun. Perhitungan kebutuhan capex untuk mendanai sejumlah proyek itu menggunakan asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS.
Emma menjelaskan kebutuhan capex yang besar itu tak lepas dari penugasan yang diberikan untuk menggarap 14 proyek strategis nasional atau PSN. Seluruh proyek tersebut tersebar dari hulu hingga ke hilir seperti proyek kilang, gas atau energi bersih dan terbarukan yang hingga saat ini terus berjalan.
Mayoritas PSN yang digarap Pertamina ini, kata Emma, bertujuan untuk menekan defisit neraca perdagangan yang disebabkan oleh impor komoditas energi seperti BBM, liquefied petroleum gas (LPG), dan juga petrokimia.
"Jadi, kalau dilihat 5 tahun ke depan hingga 2024 ini, total capex kami kurang lebih US$90 miliar. Ini tentunya kalau melakukan sendiri kami overstretch," kata Emma dalam webinar Prospek BUMN 2021 sebagai Lokomotif PEN dan Sovereign Wealth Fund, Kamis, 3 Maret 2021.
Oleh karena itu, menurut Emma, Pertamina mengharapkan ada bantuan dari sisi capital financing. "Apakah itu dari financial bank apakah itu dari multilateral," tuturnya.