Emma memaparkan, dari total belanja modal yang disiapkan hingga 2024 itu, porsi terbesar masih akan dikucurkan untuk sektor hulu migas. Sektor itu akan menyerap anggaran capex senilai US$ 64 miliar dari total dana yang disiapkan.
Dari angka itu, kata Emma, sekitar US$ 45 miliar akan digunakan untuk aksi korporasi merger dan akuisisi lapangan migas guna menambah cadangan yang ada. Kemudian US$ 14 miliar akan digunakan untuk pengembangan bisnis organik seperti mempertahankan laju penurunan produksi atas aset-aset yang ada di hulu Pertamina. Berikutnya, US$5 miliar untuk anggaran pemeliharaan.
Sementara itu, porsi terbesar kedua dalam struktur belanja modal Pertamina akan diserap sektor hilir yakni untuk pembangunan kilang baru dan juga peningkatan kilang yang ada. Postur itu akan menyerap anggaran senilai US$ 20 miliar.
Emma menjelaskan sebanyak USS$ 18 miliar akan digelontorkan untuk mendanai proyek pembangunan kilang baru dan peningkatan fasilitas kilang yang ada. Sementara itu, US$ 2 miliar akan digunakan untuk kegiatan distribusi dan pemasaran infrastruktur.
Selebihnya, kata Emma, atau sekitar US$ 8 miliar akan dialokasikan untuk mendanai sektor gas, power, energi baru dan terbarukan seperti untuk pembangunan jalur pipa, regasifikasi. Dari US$ 92 miliar hanya 38 persen yang bisa didanai oleh internal Pertamina. "Selebihnya tentu kita sangat terbuka dengan opsi dan mekanisme eksternal funding," ucapnya.
BISNIS
Baca: Ahok Senang Proyek Pertamina Hemat Hingga Rp 84 Triliun: Kita Itu Bisa