Batu ciping tersebut diproduksi perusahaan lokal Jayapura, PT Midhyan Putra Mandiri Papua. Mereka mengirim ciping berbagai ukuran sebanyak 32.000 ton per trip dengan kapal tol laut Lognus 2. Pengiriman perdana 99 m kubik dengan menggunakan 10 kontainer. Dan tahap ke dua direncanakan 225 m kubik.
Antoni mengatakan Merauke membutuhkan batu ciping dan pasir dengan permintaan cukup tinggi untuk membangun infrastruktur di daerah tersebut. Seperti membangun rumah, gedung, jembatan dan jalan.
Selama ini, mereka mendapatkan bahan-bahan tersebut dari luar pulau, salah satunya dari Palu, Sulawesi Tengah tentunya dengan harga cukup tinggi karena biaya logistik yang yang cukup besar.
"Namun dengan adanya Tol Laut kini mereka mendapat pasokan dari pulau Papua itu sendiri dan tentunya dengan harga yang lebih terjangkau karena biaya logistik lebih murah," ungkapnya.
Batu ciping juga dikenal dengan nama batu split yang biasa digunakan untuk campuran cor beton. Batu pecah ini dihasilkan dengan cara dihancurkan dengan menggunakan mesin stone crusher. Hal ini cukup banyak diproduksi di wilayah Depapre dan sekitarnya.
Dengan adanya rute tol laut ini, dinilai sangat membantu para pengusaha dan pekerja lokal untuk memasarkan produknya secara lebih luas dan menguntungkan. Hal menarik lainnya dari pelabuhan ini adalah, seluruh operator dan pekerja merupakan masyarakat setempat yang merupakan anak-anak adat Tabi.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: Pelni: Muatan Tol Laut Naik 13 Persen pada Libur Natal dan Tahun Baru