Selain itu produk keramik meningkat 53,08 persen; timah dan produk turunannya meningkat 544.07 persen; aluminium dan produk turunannya meningkat 2031,53 persen; buah tropis meningkat 73,8 persen; tembaga dan produk turunannya meningkat 56,5 persen; karet dan produk turunannya meningkat 50,02 persen.
Produk lain yang juga meningkat ialah produk olahan makanan meningkat 53,2 persen; plastik dan produk turunannya meningkat 42,3 persen; produk tekstil meningkat 1850,89 persen; produk minuman, alkohol dan cuka meningkat 126,6 persen; gula dan kembang gula meningkat 336,03 persen; kaca dan produk turunannya meningkat 33,3 persen; seng dan produk turunannya meningkat 88,5 persen; produk industri penggilingan meningkat 1824,3 persen, dan lainnya.
"Pada 2021 tentunya bersama-sama kita masih harus berjuang dan bekerja sama untuk terus meningkatkan ekspor produk bernilai tambah ke Cina, agar prestasi dan kinerja tahun 2021 bisa kita tingkatkan," katanya.
Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal, Cina menempati posisi kedua sebagai investor asing terbesar di Indonesia dengan realisasi investasi mencapai US$ 4,8 miliar pada 2020. Realisasi investasi itu naik tipis dibandingkan 2019 yang senilai US$ 4,7 miliar.
Djauhari menjelaskan angka investasi tersebut tidak termasuk realisasi investasi Hong Kong yang kembali menempati peringkat ketiga yakni senilai US$ 3,5 miliar pada 2020. Investasi Hong Kong itu meningkat dibandingkan 2019 yang senilai US$ 2,9 miliar.
Dia menjelaskan investasi tersebut melanjutkan tren peningkatan investasi Cina sejak 2016. Investasi asal Cina diprediksi terus bertambah sejalan dengan komitmen beberapa perusahaan besar yang telah menyatakan minat untuk masuk pada sektor energi baru. “Jika sekiranya telah terealisasi akan berperan penting dalam kontribusi Indonesia terhadap industri pembangunan mobil listrik global,” katanya.
BISNIS
Baca juga: Realisasi Investasi Kuartal IV 2020 Naik Jadi Rp 214,7 T, Modal Asing Rp 111,1 T