TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa pekan terakhir, kenaikan nilai saham terjadi pada sejumlah emiten BUMN. Fenomena ini ternyata ikut dipantau oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
"Ini pertama kali saham BUMN lebih tinggi dari saham LQ45," kata Erick dalam rapat bersama Komisi BUMN DPR di Jakarta, Rabu, 20 Januari 2021.
Baca Juga: Usai Direkomendasikan Yusuf Mansur, Saham MNC Kapital Menguat 3,78 Persen
Salah satunya Saham BUMN farmasi PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF). Keduanya sempat melesat 7,89 persen dan 7,67 persen pada 7 Desember 2020, seiring dengan sentimen vaksin corona Sinovac yang mulai masuk Indonesia.
Pada 11 Desember 2020, giliran PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) melesat 20 persen selepas pengumuman perubahan nama dan logo perseroan. Perubahan tersebut sejalan dengan rencana merger dengan Bank Syariah Mandiri dan Bank BNI Syariah.
Awal 2021, giliran saham emiten pertambangan seperti PT Aneka Tambang Tbk atau Antam yang melesat 34,37 persen. Saat itu, analis Sucor Sekuritas Hasan menjelaskan bahwa kabar baik saham tambang logam terutama berasal dari komoditas nikel.
Industri nickel pig iron (NPI) Indonesia dinilai berkembang pesat setelah pada 2020 Indonesia menerapkan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel. Akibatnya, produksi Indonesia untuk bahan baku baja itu diproyeksi naik mencapai 920.00 pada 2022, atau mencakup hampir sepertiga produksi nikel global.
Erick sebenarnya tidak merinci pasti soal kenaikan pada periode mana, yang melebihi LQ45. Ia hanya mengatakan bahwa ada dua hal yang mendorong terjadi kenaikan nilai saham perusahaan negara ini.
Pertama karena prinsip Good Corporate Governance (GCG) berjalan baik di BUMN dan terbuka. Kedua, adanya proyek masa depan yang digarap BUMN, seperti EV Battery alias baterai mobil listrik.
Ke depan, kata Erick, bisnis ini akan perlahan menggantikan bisnis SPBU yang ada di PT Pertamina (Persero). Sebab, orang akan semakin banyak menggunakan mobil listrik dan melakukan pengisian ulang dyaa bateria mobil di rumah.
Dampaknya, kata Erick, terjadi ketika pasar memilih pada Antam. Ini adalah perusahaan yang juga mengolah nikel, salah satu komponen pada baterai listrik. "Terbukti akhirnya orang percaya Antam, sebagai penyuplai nikel, tentu saham yang baik," kata dia.