TEMPO.CO, Jakarta - Naiknya harga kedelai selama pandemi COVID-19 turut dirasakan pengusaha tempe di sejumlah daerah di Sulawesi Tenggara. Salah satu pengrajin tempe dan tahu di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, Sutarno mengeluhkan bahan baku yang biasanya seharga Rp7.500 per kilogram, kini naik menjadi Rp9.500 per kilogram.
"Kami terpaksa mengurangi produksi tahu dan tempenya hingga 50 persen untuk dapat menggaji para karyawan," ujarnya kepada awak media, Rabu, 6 Januari 2021.
Sutarno mengakali kenaikan harga kedelai dengan mengurangi ukuran tahu dan tempe jualannya demi menggait minat beli masyarakat. "Kita tidak naikkan harga, tetapi ukurannya yang kita kurangi," tutur Sutarno.
Sejak naiknya harga kedelai omset dan keuntungan usahanya pun menurun, biasanya mencapai Rp800 ribu per hari kini paling tinggi Rp400 ribu-Rp500 ribu per hari.
Selama pandemi COVID-19, Sutarno juga telah memangkas sebagian karyawan, bahkan dirinya pun turun tangan untuk mengolah sendiri kedelai menjadi tempe dan tahu.
"Karyawan sebagian sudah saya istirahatkan, gaji karyawan pun sekarang saya kurangi," kata dia.
Jika harga kedelai terus merangkak naik, Sutarno menuturkan usahanya terancam gulung tikar.
Baca: Kenaikan Harga Tahu dan Tempe di Jakarta Selatan, Tertinggi di Pasar Mayestik