Menteri Ekonomi Malaysia Mustapa Mohamed, mengatakan, kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 2016 tidak lagi dapat digunakan. Pasalnya kondisi ekonomi dan fiskal negara kini sangat terdampak pandemi Covid-19. Karena itu, mereka mengusulkan adanya perubahan pada struktur proyek dan desain stasiun.
Perubahan tersebut, tutur Mustafa, akan memberi Malaysia opsi pembiayaan yang lebih fleksibel dan memajukan fase konstruksi selama dua tahun untuk membantu meningkatkan pemulihan pasca pandemi negara.
"Malaysia dan Singapura akan bekerja sama untuk menentukan jumlah kompensasi yang harus dibayar," ujarnya. Pada 2018, Singapura mengatakan akan berusaha memulihkan lebih dari S$ 250 juta atau sekitar US$ 189,14 juta, jika Malaysia membatalkan proyek tersebut.
Sebelumnya, pengoperasian jalur kereta api tersebut telah ditetapkan untuk dimulai pada Januari 2031. Sumber Reuters menyatakan perusahaan dari Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Eropa telah menyatakan minatnya untuk memenangkan kontrak untuk membangun, mengoperasikan, dan membiayai proyek kereta itu.
CAESAR AKBAR | REUTERS
Baca: Resmi, Malaysia dan Singapura Batalkan Proyek Kereta Cepat Rp 237 Triliun