Dalam risetnya, dia menyebut salah satu sentimen yang bakal menjadi katalis positif bagi pasar Indonesia tahun depan adalah implementasi UU Cipta Kerja alias Omnibus Law yang membawa sejumlah penyesuaian bagi iklim industri di Tanah Air.
Beberapa hal yang digarisbawahi Douglas-Pennant antara lain soal daftar investasi negatif (negative investment list) yang menyusut menjadi 6 sektor, penyesuaian mengenai teritori pajak, aturan baru soal ketenagakerjaan dan upah minimum, serta izin tenaga kerja asing.
Adapun Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pada dasarnya perkembangan vaksin termasuk kedatangan sejumlah dosis vaksin ke Indonesia menjadi penggerak utama pergerakan IHSG belakangan ini.
Namun, Wawan menilai euforia atas sentimen vaksin ini masih sangat rentan menjadi bumerang. Apalagi mengingat vaksin masih menghadapi tantangan yang besar mulai dari izin edar hingga proses distribusi dan vaksinasinya nanti.
“Pertama dari efisiensinya yang sekarang belum pasti, lalu kalaupun efektivitasnya anggaplah 90 persen, itu distribusinya akan luar biasa challenging tahun depan. Karena vaksin itu baru efektif kalau dua pertiga penduduk Indonesia sudah divaksin,” tuturnya.
Senada, Direktur Utama PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya juga menyebut vaksin tak bisa menjadi pegangan untuk tahun depan. Pasalnya, proses vaksinasi dan pembuktian efektivitasnya tentu akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.