"Kemudian harus ke BPOM dulu penggunaan darurat, mungkin baru awal kuartal II vaksinasi. Artinya masih butuh waktu," ujar Hans. Di samping itu, pasar juga masih mempertanyakan efektivitas dan harga dari vaksin buatan produsen Cina tersebut.
Karena itu, Hans menyarankan para pelaku pasar modal untuk berhati-hati pada kondisi ini. "Di pasar keuangan saja rupiah agak sedikit tertekan, sehingga kita harus melihat ada masalah di pasar," kata dia.
Dibandingkan vaksin, ia mengatakan saat ini pasar masih menunggu perkembangan perjanjian Brexit, serta kebijakan stimulus di Amerika Serikat.
Dilansir dari Bisnis, selama dua hari awal perdagangan pekan ini saham-saham sektor farmasi seakan bergerak liar. Dari 12 saham farmasi yang melantai di bursa, 7 diantaranya ditutup pada zona hijau pada perdagangan Selasa, 8 Desember 2020.
Penguatan saham farmasi dipimpin oleh emiten pelat merah PT Indofarma Tbk. (INAF) dengan kenaikan sebesar 11,58 persen diikuti dengan emiten farmasi swasta PT Tempo Scan Pacific Tbk. (TSPC) sebesar 10,79 persen.