Agus mengatakan pemulihan ekonomi dunia akan relatif lambat, kecuali dengan kebijakan out of the box yang dapat mendorong proses pemulihan secara signifikan dan itu tidak dapat dilakukan sendiri secara individual dalam sebuah vakum. Dia percaya bahwa kehadiran RCEP akan membangun kembali harapan berlangsungnya pemulihan ekonomi secara lebih cepat, setidaknya di kawasan RCEP sendiri.
"Negara-negara RCEP memiliki kesempatan lebih baik untuk memulihkan diri seperti 56,51 persen ekspor non migas dan 67,79 persen impor Indonesia juga datang dari kawasan RCEP," ujar dia.
Menurutnya, daya saing juga perlu ditingkatkan pada semua aspek dan aktor perekonomian, seperti software maupin hardware, sektor barang maupun jasa, pengusaha besar maupun UMKM.
"Tidak ada cara atau modus lain untuk memetik manfaat RCEP secara maksimal, kuncinya adalah selalu tingkatkan daya saing. Perjanjian RCEP yang sesungguhnya baru saja dimulai pemerintah dan dunia usaha, pusat dan daerah, sektor perdagangan dan jasa semuanya perlu bersinergi. Kita tidak punya pilihan lain," kata Agus.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: RCEP Diteken, Menteri Perdagangan: Ekspor RI ke Dunia Berpotensi Naik 7,2 Persen