Sementara itu, harga minyak WTI di Bursa New York Merchantille Exchange turun 1,94 persen menjadi US$39,85 per barel. Sejak menyentuh minus US$37,63 per barel pada 20 April 2020, harga minyak WTI sudah melesat lebih dari 200 persen.
Adapun, pelemahan harga minyak baru-baru ini disebabkan oleh ancaman Libya yang akan meningkatkan produksi padahal permintaan masih terganggu pandemi.
Berdasarkan data National Oil Corp. yang dijalankan Pemerintah Libya, kenaikan produksi minyak di Ras Lanuf dan Es Sider tak terelakkan dan akan melewati 1 juta barel per hari dalam empat pekan.
Peningkatan produksi minyak di Libya merupakan dampak dari perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani baru-baru ini. Perjanjian tersebut membuat sejumlah kilang minyak di Libya dibuka kembali setelah sempat ditutup karena konflik antarnegara.