Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Momon Rusmono menjelaskan pemerintah sedang berfokus mengembangkan diversifikasi pangan lokal, termasuk sagu. Ia menerangkan, sagu memiliki kandungan karbohidrat hingga 85 persen.
“Sagu cukup menarik karena kalorinya tinggi, karbohidratnya juga tinggi,” tuturnya. Meski mengandung karbohidrat yang tinggi, sagu memiliki kandungan gula yang lebih rendah ketimbang beras sehingga diklaim lebih sehat.
Sayangnya, menurut Momon, Indonesia belum optimal dalam melihat ceruk ini. Ia mengungkapkan adanya pelbagai masalah dalam pengelolaan sagu. Salah satunya ialah sistem pengolahan sagu yang masih sangat tradisional. Walhasil, kualitas sagu yang dihasilkan pun rendah.
Di samping itu, Momon membenarkan bahwa pemanfaatan lahan sagu belum maksimal. Dari 5,5 juta hektare lahan yang tersedia, baru 314 hektare di antaranya yang sudah dioptimalkan oleh petani sagu.
Adapun dari area yang dimanfaatkan itu, produktivitas dari lahan belum terlampau tinggi. Momon menyebut lahan itu hanya menghasilkan 3,57 ton sagu per hektare. Padahal menurut dia, jumlah produksi sagu bisa ditambah menjadi 10 ton per hektare.
Momon berharap sejumlah pihak, termasuk lembaga peneliti, dapat bersama-sama mengupayakan peningkatan produktivitas sagu. “Pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan kualitas melalui fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan sagu perlu ada bimbingan teknis. Selain itu, yang penting diversifikasi pangan sagu tidak hanya bentuk papeda, tapi produk lain,” ucapnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca juga: Budi Waseso: Bulog Salurkan 450 Ribu Ton Beras untuk Bansos, Agustus-Oktober