TEMPO.CO, Jakarta - Project Integration Manager R&D PT Bio Farma (Persero) Neny Nuraini menjelaskan linimasa atau timeline pengadaan vaksin Covid-19 di Tanah Air. Ia mengatakan perseroan memiliki rencana jangka pendek dan jangka panjang terkait pengadaan vaksin tersebut.
"Dalam jangka pendek kami akan melakukan transfer teknologi proses hilir dengan melakukan formulasi atau filling menggunakan bulk milik calon mitra. Kami sudah kerjasama dengan Sinovac dan CEPI," ujar Neny dalam webinar, Kamis, 15 Oktober 2020.
Untuk pengembangan vaksin bersama Sinovac, saat ini sedang memasuki uji klinis fase III. Hingga pekan lalu, kata Neni, 1.565 subjek telah disuntik dengan vaksin jadi dari Sinovac. Adapun suntikan kedua baru mencapai 843 subjek dari 1.620 subjek.
Uji klinis fase III dijadwalkan berlangsung sejak Agustus 2020 hingga Januari 2021. Setelah analisis dilakukan, perseroan akan mengajukan Emergency Use Authorization kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan. Neny memperkirakan proses di BPOM butuh waktu selambatnya 20 hari sejak pengajuan.
"Sehingga di kuartal I 2021 kami bisa produksi rutin di Bio Farma," ujar Neny. Adapun sepanjang September 2020 hingga 2021 juga akan dilakukan transfer teknologi dari Sinovac ke Bio Farma.
Dengan dukungan pemerintah, kata Neny, vaksin Covid-19 yang sudah dipastikan datang ke Indonesia adalah sebesar 15 juta dosis pada November dan Desember 2020, lalu 35 juta dosis pada Januari hingga Maret 2021. Adapun pada April hingga Desember 2021 Sinovac sudah berkomitmen memasok 210 juta dosis vaksin ke Bio Farma.
"Kapasitas produksi Bio Farma adalah 250 juta dosis per tahun, cukup untuk mencover kebutuhan 70 persen untuk terjadi herd immunity. Tidak cukup memang. Kalau kita hitung herd immunity adalah 170 juta maka diperlukan 340 juta dosis. Sisanya dicover impor dari vaksin yang sudah jadi ke Indonesia," ujar Neny.
Adapun untuk strategi jangka menengah dan panjang, Neny mengatakan pihaknya akan mendukung kemandirian vaksin melalui pengembangan dari proses hulu, yang dikenal dengan pengembangan vaksin merah putih bersama dengan Lembaga Eijkman, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional.
"Untuk kolaborasi jangka panjang vaksin merah putih di dalam negeri jadi kami akan menerima seed dari Eijkman pada awal tahun 2021. kemudian akan dikembangkan kembali di Bio Farma karena tidak bisa langsung launching. Ini harus penelitian, uji pre klinis, serta uji klinis 1,2, dan 3. Kalau ini sudah disetujui Badan POM kemungkinan bisa digunakan 2022," tutur Neny.