"Hal ini penting karena sebelum ada pembangunan pelabuhan, nelayan dengan kapal di bawah 2 GT bisa menangkap ikan di perairan sekitarnya. Hasilnya, mereka bisa membawa uang Rp1,5 juta-Rp2 juta tiap hari berlayar," katanya.
Namun, dengan adanya kegiatan pengerukan pelabuhan, penghasilan nelayan menurun drastis, hanya sekitar Rp 300 ribu-Rp 500 ribu per hari layar. Kini para nelayan harus berlayar lebih jauh lagi sehingga membutuhkan kapal yang lebih besar lagi.
Tak hanya bantuan kapal yang lebih besar beserta alat tangkapnya, para nelayan membutuhkan pelatihan mengoperasikan kapal beserta alat tangkapnya.
"Kami siap membantu nelayan, termasuk permodalannya. Dan para nelayan juga sangat tertarik dengan skema bantuan (permodalan) yang kami tawarkan," kata Gunaryo.
Kepala KSOP Patimban Anwar mengatakan jumlah nelayan di empat TPI (Terungtum, Genteng, Laian, dan Ujunggebang) yang terkena dampak pembangunan Patimban mencapai 1.530 orang.
"Mereka butuh bantuan sekitar 648 kapal penangkap ikan berkapasitas 8 GT-10 GT," ungkapnya.
KSOP Patimban pun sudah bekerja sama dengan JICA melakukan sejumlah pelatihan bagi masyarakat sekitar lokasi proyek, termasuk pelatihan bongkar muat, kuliner, pengoperasian kapal nelayan 10 GT, security, cleaning service, dan lainnya.
Di lain sisi, rencana pengoperasian Pelabuhan Patimban disambut baik Himpunan Kawasan Industri (HKI). Beberapa hal yang menjadi harapan HKI diantaranya konektivitas dan akses jalan harus berstandar internasional, serta tersedianya hardware dan software yang memadai di pelabuhan.
ANTARA
Baca juga: Airlangga Hartarto: Jokowi Targetkan Pelabuhan Patimban Soft Launching November