TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk Hilmi Panigoro mengatakan perusahaan tetap melanjutkan ekspansi bisnis migas, kelistrikan, dan pertambangan mineral meski ada Covid-19. Salah satu dana ekspansi berasal dari hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebesar Rp 1,78 triliun atau setara US$ 120 juta.
Hilmi menuturkan pihaknya telah menyelesaikan penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang oversubscribed sebesar 43 persen senilai Rp 1,78 triliun atau setara US$ 120 juta dengan partisipasi 98 persen pemegang saham.
"Ke depannya, saya bangga dengan keberhasilan eksplorasi baru-baru ini di Natuna dan aliansi dengan Kansai Electric yang akan membuka peluang untuk memperluas integrasi bisnis gas dan ketenagalistrikan Perseroan,” ungkapnya dalam keterangan Sabtu, 3 Oktober 2020.
Dia bercerita kinerja pada semester I 2020 produksi minyak dan gas sebanyak 101 juta barel setara minyak per hari (mboepd), naik 5 persen dari 2019 setelah akuisisi Ophir. Sayangnya, permintaan gas jauh di bawah kapasitas perusahaan dan di bawah tingkat normal sebelum Covid-19.
Biaya tunai per unit adalah US$7,8 mboepd, sesuai panduan tahunan dan di bawah semester I 2019 meskipun terdapat pengeluaran sebesar US$ 8 juta untuk menjaga kelangsungan bisnis selama pandemi Covid-19.
Di bisnis kelistrikan, anak usaha MEDC, Medco Power menghasilkan penjualan sebesar 1.136 GWh pada semester I 2020. "Menurun 9 persen dari 2019 karena adanya penurunan permintaan listrik di Batam," katanya.
Walaupun Covid-19 terjadi, dia bercerita eksplorasi tetap berlanjut menyusul penemuan eksplorasi komersial pada kuartal I 2020 di sumur Bronang-2 dan Kaci-2.