“Pergerakan penguatan saham farmasi didorong oleh sentimen vaksin Covid-19 yang dimana dikabarkan telah mulai diproduksi dan siap didistribusikan akhir tahun ini,” ungkapnya kepada Bisnis.
Namun, ia menilai kondisi pasar saat ini masih rentan aksi tunggu investor mengenai data-data ekonomi Indonesia terutama data pertumbuhan GDP (gross domestic product) yang diperkirakan kembali tumbuh negatif yang dimana hal tersebut akan menjadi sinyal resesi.
“Potensi penguatan lanjutan untuk saham farmasi tersebut masih ada tapi hanya saja dalam waktu dekat akan cenderung terbatas mengingat momentum pergerakan harga sahamnya sudah sangat tinggi,” sambungnya.
Secara teknikal, analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan peluang penguatan pada emiten BUMN farmasi saat ini cenderung kecil.
“Dari sisi teknikal, penguatan 2 hari ini dapat dikategorikan sebagai technical rebound, setelah melemah dalam jangka waktu 3 minggu terakhir yang disebabkan oleh sentimen vaksin corona yang kembali beredar di market,” sambungnya.
Pada penutupan perdagangan awal pekan ini, lanjutnya, saham emiten BUMN farmasi membentuk candle shooting star yang dapat dikategorikan sebagai candle reversal sehingga terdapat potensi terjadinya reversal kembali menjadi downtrend.
Berdasarkan analisanya, PEHA memiliki level resisten Rp1.720-Rp1.800 dan support Rp1.320-Rp1350, KAEF mempunyai level resistan Rp3.575 dan support Rp2.850-Rp2.880 dan INAF yang mempunyai level resisten Rp3.600 dan support pada level Rp2.700-Rp2780.
Baca juga: Saham Rokok dan Consumer Rontok Usai Sri Mulyani Prediksi Kuartal Tiga Minus